} h3.post-title{ text-align: center; } .post-title {text-align:center;} -->

Mengenali Orang yang Bermudah-mudahan Melakukan Tabdi' Tanpa Hujah yang Shahih

 📬 PERTANYAAN :

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته..

Ya Syaikhana, kami memiliki pertanyaan dari saudaramu di Indonesia :
Bagaimana kami membedakan - bisa mengetahui - orang yang membid'ahkan manusia (secara ta'yin) tanpa hujah yang shahih dan apa nasehat anda kepadanya?

Bahasa arab klik di sini

📚 JAWABAN :

و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا وبعد :

Sepertinya penanya sudah tercampur (tidak terbedakan) atasnya tentang perkara tabdi' (menjatuhkan vonis mubtadi') ini, di karenakan banyaknya manusia yang berusaha tampil terdepan dalam masalah besar ini. Mereka menyangka perkara ini sepele padahal sesungguhnya sangat-sangat besar di sisi Allah. Dan sebenarnya perkaranya sangat jelas bagi siapa yang memiliki ilmu, oleh karena itu wajib anda ketahui wahai penanya, bahwa mencampur perkara ini adalah sebab dari kebodohan yang harus berusaha untuk dihilangkan, jika tidak engkau akan terjatuh pada kesalahan orang-orang dhalim dan menjatuhkan kehormatan seorang muslim tanpa hak..

Dan betapa banyak orang yang mendholimi saudaranya tanpa hak yang sebab utamanya adalah tidak diberi taufiq dari Allah تعالى , kemudian jahl yang menghasilkan lemahnya membedakan perkara yang akhirnya membuat tercampur baur satu sama lain.

Dan orang-orang yang mencampur (tidak ada kualifikasi tamyiz masail) ini memiliki banyak tanda, yang paling jelas  bagi saya ada 10, akan saya sebutkan sekarang 5 tanda, kemudian 5 sisanya pada tulisan selanjutnya karena keterbatasan waktu:

Pertama:

Sibuk dengan urusan orang dan melupakan dirinya.

Engkau akan melihat mereka banyak mencari aib-aib muslimin untuk mengungkap dan mengumumkannya, sehingga kebanyakan waktu mereka tersibukkan dengan orang lain, bersamaan itu mereka melupakan dirinya ..
Mereka sibuk dengan urusan fulan, dan fulan..
Yang semua ini semata-mata didasari dugaan dan sangkaan..

Hasil dari semua ini engkau akan melihat kelemahan mereka dalam menghafal Al Qur'an, bagaimana memutqitkannya, dan mempelajari tafsirnya bahkan sebagian mereka tidak benar dalam membaca Al Fatihah dan ini kami temui, dan mereka lemah dalam menghafal sunnah, lemah pada pembahasan dan pengetahuan tentang metode pembelajaran para ulama serta lemah akhlaqnya.

Dan ini benar terjadi pada setiap yang menyibukkan dirinya dengan kebathilan akan pergi darinya cahaya kebenaran sesuai kadarnya mengikuti kebathilan..

Allah berfirman menjelaskan bahaya yang besar ini yang merupakan metode orang-orang ghulu dari ahlul kitab sebelum kita:

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ۝  وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِینَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ)

[سورة الحشر 18 - 19]

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.


Kedua:

Mempunyai dua ushul yang ditujukan kepada manusia dalam menghukumi:
1. Dari hasil penelitian mereka sendiri, yang Allah tidak menurunkan padanya dalil
. Tandanya adalah: kamu tidak mendapati pada perkara tersebut ada perkataan salaf dan ulama, maka bagaimanakah mereka bisa membidahkan manusia dengan hal ini?!

📌 Contohnya :

🖌 Orang yang membidahkan seseorang karena semata-mata dia doktor lulusan dari universitas islam,  sebab dia menganggapnya sebagai perkara bid’ah.

🖌 Orang yang membidahkan secara mutlak setiap orang yang terlihat mengajar manusia dengan video, sehingga dia berkata “orang ini mubtadi”,  dengan sebab semata-mata perbuatan ini secara mutlak, maka berhak dikategorikan ke dalam 72 kelompok yang binasa..

🖌 Orang yang membidahkan orang yang memakai sirwal tanpa sarung secara mutlak dan menganggap ini cukup untukn mengeluarkannya dari jama’ah ahlis sunnah. Dan yang selainnya dari macam-macam bentuk kejahilan yang menunjukkan campur aduk (tidak ada tamyiz) dalam menilai antara kesalahan dan kebid’ahan.


2. Ushul yang benar tapi tidak sesuai penempatannya karena kurangnya pemahaman atau niat yang buruk..

🖌 Seperti yang menghajr setiap orang yang duduk dengan mubtadi' dan menganggap dia bagian dari mereka secara mutlak dan mengatakan : Abu Qilabah berkata, Malik berkata, Ahmad berkata, Al qahthani berkata . Dan perkataan salaf ini benar namun dia menempatkan pada tempat yang salah sesuai keinginannya untuk siapa yang dia  inginkan bukan seperti apa yang diinginkan para salaf kepada siapa yang mereka tuju. Mereka menginginkan makna khusus pada duduk, yang dimaksud adalah bercampur hingga memberi pengaruh dengan bidahnya terlebih dikarenakan lemahnya ilmu serta tamyiz dan yang semisalnya..

Sehingga yang disifati mubtadi' ini mungkin saja dia jahil yang harus belajar, atau seorang ayah yang harus dinasehati dengan kebaikan, atau waliyyul amr yang harus ditaati dalam kebaikan.. atau semisalnya yang berkonsekuensi maslahat sebagaimana perkataan Ibnu Taimiyah رحمه الله..

Dan disini nampak tidak ada taufiq karena menganggap rendah syiar agama yang diantaranya adalah memuliakan kehormatan muslimin sebagaimana firman Allahتعالى

ومن يعظم حرمات الله فهو خير له عند ربه

ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب

Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya.

Dan barang siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu termasuk tanda ketakwaan hati.


Ketiga:

Kurangnya sifat wara' dan lemahnya akhlak.

Engkau akan dapati keluar dari mulut mereka kata-kata penting, yang mungkin untuk memastikannya bagi seorang alim butuh waktu yang panjang sebelum menghukumi seseorang dengannya, takut dituntut pada hari kiamat.. Karena mereka mengetahui besarnya perkara ketergelinciran lisan pada kehormatan muslimin dihadapan Allah تعالى.. Engkau akan mendapati mereka ini tidak peduli dan tidak takut untuk mengeluarkan perkataan ini siang dan malam dengan mudah ..

Oleh karena itu engkau tidak akan mendapati mereka menempuh metode ulama dalam berhati-hati dan mengambil udzur. Bahkan mereka selalu tergesa-gesa dan suka berbicara mengenai kehormatan saudara saudaranya .

نسأل الله العافية و السلامة..

Hasil dari semua ini adalah rusaknya amalan mereka

(ٱسۡتِكۡبَارࣰا فِی ٱلۡأَرۡضِ وَمَكۡرَ ٱلسَّیِّىِٕ وَلَا یَحِیقُ ٱلۡمَكۡرُ ٱلسَّیِّئُ إِلَّا بِأَهۡلِهِۦۚ )

[سورة فاطر 43]

Karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri.

Allah تعالى berfirman

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوۡلࣰا سَدِیدࣰا ۝  یُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن یُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِیمًا)

[سورة الأحزاب 70 - 71]

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar niscaya Allah memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.

Keempat:

Al-Muthaffifun المطففون (yakni) ahlul hawa.

Engkau akan mendapati mereka memiliki 2 timbangan :

🖌Timbangan untuk org yang tidak mereka suka, sehingga engkau akan melihat mereka sangat mencari-cari setiap pembicaraan tentangnya..

Dan mereka menjadikan (kesalahan) sebiji sawi  sebagai gunung karena mereka tidak menggunakan mata.. artinya mereka menghukumi terlebih dahulu siapa saja yang tidak mereka cintai.

🖌Engkau dapati mereka tidak akan melihat kesalahan orang yang mereka suka walaupun berlipat ganda..

(وَیۡلࣱ لِّلۡمُطَفِّفِینَ ۝  ٱلَّذِینَ إِذَا ٱكۡتَالُوا۟ عَلَى ٱلنَّاسِ یَسۡتَوۡفُونَ ۝  وَإِذَا كَالُوهُمۡ أَو وَّزَنُوهُمۡ یُخۡسِرُونَ)

[سورة المطففين 1 - 3] 

Karena sebab sebenarnya bukanlah melindungi agama bahkan mengikuti hawa nafsu serta cinta dan benci karena hawa..

Kelima:

Tidak paham tentang maslahat da'wah dan tidak mengagungkan syiar ukhuwwah..

Mereka selalu berselisih karena kesibukan utama mereka adalah mencari kesalahan saudaranya.. sehingga pada majelis mereka banyak perpecahan dan dipenuhi fitnah.. dan ukhuwah antara mereka lebih lemah dari sarang laba-laba, mungkin hari ini kawan, besok akan jadi lawan.. demikianlah keadaan mereka seterusnya.. Ini berakibat larinya manusia dari da'wah karena fitrah manusia membenci kedholiman, persangkaan tanpa bukti dan diantara akibatnya juga adalah tertawanya para musuh, serta terputusnya halaqah ilmu pada mereka sehingga lemahnya da'wah karena siapa yang sibuk dengan kebathilan akan tersibukkan dari kebenaran.

والله المستعان


Keenam:

Fanatik (muta'ashibun).

ketika mencintai mereka akan sampai pada tahap taqlid (fanatik), meskipun mereka berbicara tentang bahaya taqlid siang dan malam!

Ketika membenci seseorang mereka akan berlebihan dalam menjatuhkannya. Demikian pula ketika mencintai siapa yang mereka ketahui kebaikan dan ilmunya, mereka sangat berlebihan dalam mencintainya hingga mencapai batas fanatik yang kita berlindung kepada Allah dari sikap ini.

Jarang sekali mereka melewati suatu hari tanpa menyebutkannya (bahaya taqlid/fanatik), namun (di satu sisi) engkau akan mendapati bahwa mereka tidaklah mengambil pendapat dari selainnya pada kebanyakan permasalahan agama kecuali dengan malu (gengsi). Dan yang mengherankan mereka tidak bersikap seperti para salaf dan ulama, padahal menisbahkan diri pada mereka.

Ini mengingatkan saya pada suatu hari dimana datang kepada saya seorang diantara mereka أصلحه الله agar saya mentalqin bacaan Al Quran, dia memakai imamah dengan cara salah seorang syaikh ahlussunah yang kami cintai karena Allah, kemudian ketika membaca Al Qur'an dia mengikuti bacaan syaikh tersebut dan saya mengenalnya, sikap berlebihannya tidak baik dan ini sangat nampak jelas. Begitupula ketika nada dering telepon nya berbunyi yang terdengar adalah potongan suara syaikh tersebut وفقه الله..

Saya pun meminta nomor telepon nya untuk berbicara dengannya setelah ini. Ternyata nama kunyahnya dinisbatkan pada nama syaikh tersebut dan pada foto profilnya pun terpajang foto kitab-kitab syaikh tersebut..

Saya pun mengatakan kepadanya : "Demi Allah, saya mengenal syaikh ini, saya sangka beliau tidak akan menerima seluruh perbuatan (berlebihan) anda terhadapnya. Dan beliau (yakni syekh dia) termasuk murid dari Syaikh Muqbil رحمه الله. Beliau memuliakan Syaikh Muqbil lebih dari pemuliaan anda terhadapnya, namun beliau tidak bersikap dan tidak melakukan seperti yang anda lakukan."

Dia menjawab : "Kami melakukan ini untuk menampakkan perbedaan dengan ahlu bidah"

Saya menjawab : "Siapa yang lebih bersemangat untuk menampakkan sikap ini terhadap ahlul bidah, beliau atau anda?!"

Dia menjawab : "Beliau."

Saya jawab : "Lalu mengapa beliau (yakni syekhmu) tidak mengikuti Syaikh Muqbil seperti caramu? Mengapa bacaannya tidak mengikuti Syaikh Muqbil, begitupula imamahnya, dan nama kunyahnya bukan Abu Muqbil. Bagusnya bacaan syekhmu adalah dari dirinya bukan mengikuti siapapun.

Sehingga menampakkan perbedaan dengan ahlul bidah adalah dengan cara yang benar yaitu dengan ilmu, sikap adil, menyebarkan kebenaran dan menyeru manusia kepadanya, menghormati para ulama dan mencintai mereka namun bukan berarti mengikuti segalanya hingga pakaian dan bacaan, karena ini madharatnya lebih besar dari manfaatnya..

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda pada hadits Abdullah bin Amr dalam Shahih muslim :

  ((إنَّ المقسطين يوم القيامة على منابر من نور، عن يمين الرحمن، -وكلتا يديه يمين- الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وما وَلُوا .))


"Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di mata Allah berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla. Yaitu mereka yang berbuat adil ketika menetapkan putusan hukum, dan adil terhadap pengikut dan rakyanya.” (HR. Muslim)
ㅤㅤ
Ketujuh:

Hasil dari sifat berlebihan dalam mencintai adalah (sempitnya pemikiran yaitu) dengan hanya melihat pada satu pendapat dalam permasalahan agama khususnya permasalahan khilafiyah. Dimana engkau akan mendapati mereka hampir pada setiap perselisihan hanya mengambil pendapat yang sesuai keinginan mereka sampai fanatik dengan pendapat tersebut, bahkan sebagian mereka sampai pada tingkatan berpendapat bahwa:  yang menyelisihi pandangan syaikhnya adalah tercela. Dan ini (adalah hasil dari sikap) kebodohan dan ghuluw.

Dan yang harus diketahui bahwa hanya melihat pada satu pendapat (subjektif) pada permasalahan khilaf khususnya masalah fiqh, mengakibatkan sempitnya pemikiran dan pendapat, lemahnya wawasan ilmiyah secara umum serta menciptakan kesulitan untuk muslimin. والله المستعان.

Kedelapan:

Hanya melihat pada satu pendapat dan berprinsip dengannya melahirkan sifat tercela dalam bab khilaf mutabar yaitu banyak memastikan perkara (seakan menafikan khilaf), menafikan keraguan dalam merajihkan pendapat seakan pendapat lain adalah hawa nafsu meskipun terkadang pendapat lain tersebut merupakan pendapat jumhur ummat, yang termasuk orang-orang berakal, ulama, ahli ibadah, dan qurra', terkadang juga dari selain mereka yang menghormati mereka.

Berhati hatilah dari sifat ini, karena ini adalah sifat yang berlari darinya orang-orang berakal karena ini bertentangan dengan kerendahan hati, serta tidak mengetahui kadar diri, juga tidak menghargai akal-akal para pendengarnya

Mereka menutup celah pada diri mereka untuk kembali dan tidak merasa malu dengan pendiriannya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Kesembilan:

Orang yang melihat akan mendapati bahwa metode para ulama robbani -semoga Allah merahmati yang sudah wafat dan menjaga yang masih ada- mereka tidak menempuh jalan orang-orang ini dalam bermuamalah dengan Ikhwan nya. Sehingga tidak didapati pada kitab-kitab Ibn Baz, Al Albani, Al Wadi'i, Ibn Utsaimin dan selainnya ditemukan sifat terburu-buru dalam membidahkan orang tertentu, atau dengan cepat mengeluarkan saudaranya dari golongan ahlussunah. Bahkan sebaliknya, engkau akan dapati kesabaran, lemah lembut, dan kasih sayang. Kemudian jika mereka ingin memastikan perkaranya, mereka akan memulai dengan menyebutkan jenis-jenis ahlul bidah sebelum menuju person tertentu begitulah sikap mereka رحمهم الله.

Sehingga penisbahan orang-orang ini kepada para ulama tersebut adalah penisbahan yang diragukan, penisbahan dusta. Yang sebenarnya tujuan dari penisbahan mereka adalah untuk menjual dirinya agar didengar manusia.

Buktinya apabila engkau katakan kepada mereka "Biar kami tunjukkan kepada para ulama tentang perkataanmu kepada saudaramu, agar kami tahu apakah mereka sepakat dengan perkataanmu untuk membidahkan mereka" maka akan anda dapati bahwa mereka menjawab dengan perkataan masyhur "Penduduk Makkah lebih mengetahui tentang keadaan masyarakatnya, penduduk sebuah rumah lebih mengetahui keadaan orang-orang di dalamnya, begitupun saya, saya lebih mengetahui tentang keadaan orang-orang di negeri saya." Atau perkataan perkataan semisal yang mendukung pendapat mereka, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan para ulama. والله المستعان.


Kesepuluh:

Tidak berprinsip.

Terkadang berada di pihak anda, terkadang menyerang anda, terkadang menyerang yang lain, bersamaan dengan ini mereka yakin bahwa dirinya selalu berada dalam kebenaran mereka tidak memiliki kepribadian juga tidak ada sandaran, pada sebagian mereka menyebabkan kurangnya sopan santun terhadap orang yang sudah mengajarkan kebaikan kepada mereka, ini semua disebabkan tercampurnya ushul dan lemahnya manhaj, tidak beradab dan terkadang sifat mereka ini sampai pada tingkat kebosanan sehingga menyebabkan lemahnya istiqamah mereka karena hakikatnya: mereka lebih banyak membuat lelah dirinya sendiri daripada melelahkan orang lain, yang kemudian terjadi kemunduran dalam dirinya sendiri والعياذ بالله. Dan sungguh kami telah menyaksikannya banyak kali. Inilah kebanyakan akhir dari keadaan orang-orang ghuluw dalam urusan agama..

Sebagaimana ucapan Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

هلك المتنطعون..


Dan yang semisalnya di dalam Shahihul Bukhari dari hadits Abu Hurairah dari Nabi صلى الله عليه وسلم :

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا.


والله المستعان

والحمد لله رب العالمين



TRENDING