Oleh : Asy-Syaikh Ahmad Banajah hafidzahullah - Arsip 2019, Masjid Darul Ilmi Manukan, Surabaya
🔎 Banyak orang hari ini berteriak “kami salafi!”, “kami pejuang sunnah!”, “kami hanya ambil dari atsar!”, tapi… apa benar mereka tahu apa yang mereka bicarakan?
Fakta yang menyakitkan — bahkan Imam Al-Bukhari رحمه الله, ulama terbesar dalam disiplin Hadis, dituduh dan dikucilkan oleh umatnya sendiri. Pertanyaannya: kok bisa?!
📛 Kenapa tokoh sebesar itu dihantam fitnah oleh orang-orang yang mengaku
cinta sunnah?
📛 Apakah karena kesalahan aqidah? Bukan.
📛 Apakah karena akhlaknya? Bukan juga.
📛 Lalu kenapa?
Jawabannya getir: karena umat tidak paham ilmu — mereka hanya paham cuplikan. Mereka menjadikan satu potong atsar sebagai senjata, dan menyebut itu "madzhab salaf", padahal yang mereka lakukan hanyalah mengemas hawa nafsu dengan label atsar.
Dan lebih gilanya lagi…
setiap orang bikin madzhab sendiri.
➡️ “Ini pendapat salaf.”
➡️ “Ini atsar sahabat.”
➡️ “Ini manhaj.”
Padahal kalau ditelusuri?
Nggak nyambung.
📣 Tadzkirah ini adalah tamparan keras bagi mereka yang merasa paling benar hanya karena mampu mengutip satu-dua atsar, padahal tidak punya pemahaman, tidak punya metodologi, dan tidak kenal sejarah.
Bungkus keilmuan tanpa kedalaman adalah bencana. Dan Imam Bukhari, salah satu korban nyatanya.
Tadzkirah ini mengajak kita untuk menggali lebih dalam — bagaimana penyimpangan dalam memahami "manhaj salaf" justru menjadi bumerang bagi umat sendiri, dan bagaimana itu menjadi sebab dari musibah yang menimpa tokoh-tokoh besar seperti Imam Al-Bukhari.
Sebuah seruan akademik yang menusuk: Jangan sekadar membanggakan salaf, tanpa tahu bagaimana mereka berpikir. Mengutip satu atsar dan menjadikannya sebagai dalil tunggal dalam setiap masalah adalah kebodohan yang diselimuti kesalehan palsu. Inilah benih perpecahan dan musibah intelektual.
🧠 Ringkasan Faedah
📍 1. Pentingnya Memahami "Hasil Salaf" secara Utuh
Banyak orang mengklaim mengikuti salaf, namun hanya mengambil hasil atau
pendapat mereka tanpa memahami
proses ijtihad atau
sebab-sebab di baliknya.
🔎 Salaf bukan sekadar nama atau simbol — mereka memiliki
metodologi dalam memahami agama
yang tidak bisa disederhanakan hanya dalam satu atau dua kutipan.
📍 2. Bahaya Mengambil Atsar Tanpa Ilmu
⚠️ Orang-orang mulai menciptakan "madzhab baru" dari atsar-atsar yang mereka
kutip sendiri tanpa memahami konteks, sejarah, atau maqasid (tujuan)
syariah.
➡️ Inilah
asal mula perpecahan,
karena setiap individu merasa pendapatnya didukung atsar, padahal ia hanya
membaca permukaan.
📍 3. Pentingnya Sejarah dan Asal-Usul Pandangan
📚 Untuk bisa menilai apakah suatu pendapat benar-benar bagian dari manhaj salaf, kita harus:
-
Memahami sejarah munculnya pendapat tersebut
-
Meneliti sumber-sumber rujukannya (kitab, riwayat sahih, dll)
-
Menakar pahamannya melalui lensa para ulama terdahulu
Tanpa ini, seseorang bisa terjerumus dalam kebatilan yang dibungkus dengan label salaf.
📍 4. Kisah Imam Al-Bukhari: Bukti Nyata Musibah Umat
Imam Al-Bukhari رحمه الله mengalami tuduhan serius dari masyarakat sekitarnya,
meskipun beliau adalah ahli hadis terbesar sepanjang sejarah.
💥 Tuduhan ini muncul karena:
-
Ketidakpahaman terhadap istilah dan pernyataan beliau
-
Fanatisme terhadap pemahaman sempit
-
Ketidaksediaan masyarakat untuk meneliti secara ilmiah
Inilah musibah intelektual: ketika umat lebih cepat menuduh daripada belajar.
📍 5. Kritik terhadap Sikap Fanatik Buta
🧱 Tadzkirah ini menyoroti bagaimana sebagian orang:
-
Mengikuti hasil salaf tetapi bukan manhaj-nya
-
Menolak ilmu karena bertentangan dengan pemahaman pribadinya
-
Membangun keyakinan berdasarkan satu atsar tanpa ilmu usul, fiqh, atau maqasid
Ini adalah akar dari kerusakan yang meluas dalam tubuh umat Islam: agama yang dibentuk oleh persepsi, bukan ilmu.