Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
Bagaimana kabarmu saudaraku
Ahmad.. Bagaimana kita memahami atsar salaf ini :
"Diantara tanda ahlul bid'ah adalah celaannya pada ahlul atsar" ?
Jawaban :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الجواب :
أخي الكريم وفقنا الله وإياك.
اعلم أن هذا الأثر على نحو خاص وغيره كذلك قد سيء استخدامهم من البعض على نحو كبير والسبب هو سوء فهم هؤلاء البعض لقضية كيف ينبغي أن نفهم الآثار قبل أن نطبقها واقعا في قضايا الأحوال .
Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Jawaban :
Saudara yang mulia, semoga Allah memberikan petunjuk dan keberkahan kepada kita.
Harap diketahui bahwa atsar ini khususnya dan yang sejenisnya, sering kali disalahgunakan secara besar-besaran oleh beberapa orang, dan penyebabnya adalah karena mereka salah memahami cara untuk memahami atsar sebelum diterapkan dalam masalah kehidupan sehari-hari."
📌 Oleh karenanya, sebelum memulai menjawab secara langsung, saya ingin menyebutkan dua konsep yang sangat penting yang seharusnya dipertimbangkan ketika membahas atsar seperti ini. Konsep-konsep tersebut adalah esensi dari ucapan Imam Ibn Taymiyyah rahimahullah, yang menjelaskan metodologi untuk berurusan dengan tulisan-tulisan dan atsar-atsar dari salafus shalih:
⭕️ “فهذا أصل عظيم فتدبَّرْه فإنه نافع، وهو أن ينظر في شيئَيْن في المقالة: هل هي حق؟ أم باطل؟ أم تقبل التقسيم فتكون حقًا باعتبار باطلًا باعتبار؟ وهو كثير وغالب، ثم النظر الثاني في حكمه إثباتًا أو نفيًا أو تفصيلًا، واختلاف أحوال الناس فيه؛ فمن سَلَكَ هذا المسلك أصاب الحق قولًا وعملًا وعرف إبطال القول وإحقاقه”
⭕️ "Ini adalah prinsip yang sangat penting untuk dipertimbangkan, maka telitilah dengan cermat karena sangat bermanfaat. Prinsip tersebut adalah memperhatikan dua hal dalam atsar salaf: Apakah itu benar atau salah? Apakah dapat dibagi-bagi sehingga menjadi benar dalam satu aspek, namun salah dalam aspek yang lain (yakni mungkinkah bisa diterima dalam konteks tertentu tapi tidak dalam konteks yang lain)? Dan hal ini sering terjadi. Selanjutnya, langkah kedua adalah memperhatikan hukumnya secara mendalam, apakah dia dibenarkan, dibantah atau perlu penjelasan lebih lanjut. Perlu diingat bahwa setiap orang bisa berbeda-beda dalam menafsirkan hukum tersebut. Namun, orang yang mengikuti langkah ini akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebenaran dan mampu membedakan antara pendapat yang benar dan yang salah.
⭕️وقال : “وكنت أبيّن لهم أنما نقل لهم عن السلف والأئمة من إطلاق القول بتكفير من يقول كذا وكذا فهو أيضا حق، لكن يجب التفريق بين الإطلاق والتعيين”
⭕️ Dan beliau berkata : "Dan saya menjelaskan kepada mereka bahwa yang disampaikan kepada mereka dari para salaf dan imam-imam tentang pelontaran tuduhan takfir kepada orang yang mengucapkan hal ini atau itu adalah benar, namun harus dibedakan antara pelontaran tuduhan takfir secara umum dan secara spesifik".
ويقول أيضًا:
⭕️ “فإذا رأيت إمامًا قد غلّظ على قائل مقالته أو كفّره فيها، فلا يعتبر هذا حكمًا عامًا في كل من قالها إلا إذا حصل فيه الشرط الذي يستحقّ به التغليظ عليه والتكفير له".
⭕️ Dia juga mengatakan bahwa : jika anda melihat seorang imam yang keras terhadap seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau menyatakan bahwa orang tersebut kafir dalam pendapatnya, ini tidak boleh dianggap sebagai hukum umum yang berlaku bagi setiap orang yang mengatakan hal tersebut. Kecuali jika ada kondisi khusus yang membuat orang tersebut pantas untuk dikerasi dan dinyatakan kafir.
📍أما المفهوم الأول وهو الذي عبر عنه ابن تيمية بأول الشيئين ونجمله بقولنا سلامة التأصيل :
📍 Konsep pertama yang diungkapkan oleh Ibn Taymiyyah dengan kata-katanya "بأول الشيئين" , kami rangkum sebagai : keabsahan asal usul (sumber hukum).
وهذا يتناول صحة الأثر عن قائله ثم صحته من حيث أصول التشريع ومقاصده إذ أن تلك الآثار ليست أدلة بذاتها بل هي أقوال لأهل العلم فيها الحق وفيها الخطأ فهي ابتداءا مما يستدل لها قبل أن يستدل بها ثم صحة فهمها على مراد وقصد قائلها ثم النظر في الأسباب والأحوال التي قيلت فيها.
Ini membahas tentang keabsahan suatu riwayat dari sumbernya, kemudian memastikan keabsahannya dari sudut pandang asal-usul syariat dan tujuannya. Karena riwayat tersebut bukanlah dalil secara langsung, melainkan ucapan orang-orang yang berilmu yang bisa benar atau salah. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa riwayat tersebut benar sebelum digunakan sebagai dasar hukum. Setelah itu, juga harus dipahami dengan benar makna dan maksud yang dimaksudkan oleh pembicaranya, serta mempertimbangkan kondisi dan situasi pada saat ucapan tersebut diungkapkan.
وهذا هو الشيء الأول الذي قصده ابن تيمية بقوله "حق أو باطل" و"هل تقبل التقسيم.." إذ لا يمكن ذلك إلا بسلامة فهم تلك المقالة على النحو الصحيح بالاعتبارات السابقة على أقل مقدار، وأما أن تتناول الآثار بفهم كل أحد أي فكل يفهمها على ما يبدوا له دون موافقة واقعة الأثر وقصد القائل فهوى صرف بل هو أخذ قول على نحو لا يريده صاحبه !
Ini adalah hal pertama yang dimaksudkan oleh Ibn Taimiyah dalam pernyataannya
"benar atau salah" dan "bisakah itu dibagi.." Hal ini hanya dapat dicapai
melalui pemahaman yang tepat terhadap makna pernyataan tersebut dengan
mempertimbangkan pertimbangan yang disebutkan sebelumnya. Namun, jika
seseorang mencoba untuk memahami atsar hanya berdasarkan pemahaman pribadinya,
tanpa mempertimbangkan konteks dan tujuan dari pembicaraan, maka hal tersebut
merupakan kesalahan dalam pemahaman. Ini tidak hanya merupakan penafsiran yang
keliru, tetapi juga dapat menyebabkan seseorang mengambil kesimpulan yang
tidak dimaksudkan oleh pemilik asli dari atsar tersebut.
📍وأما المفهوم الثاني وهو ثاني الشيئين في كلام ابن تيمية ونجمله بقولنا سلامة التنزيل :
📍 Konsep kedua yang dimaksudkan oleh Ibnu Taimiyah dalam perkataannya ثاني الشيئين , kami rangkum sebagai : keabsahan sebab.
أي أنه بعد أن تؤصل الآثار بفهم صحيح فلابد من تنزيلها على الوقائع بوجه يليق بمقاصد التشريع عموما و بمقصد قائلها خصوصا وهذا هو المقصود من قول ابن تيمية رحمه الله :
Ini berarti bahwa setelah menetapkan makna yang benar dari nash, maka perlu untuk menerapkannya pada kenyataan dengan cara yang sesuai dengan tujuan umum syariat dan tujuan khusus pengucapnya. Dan ini adalah tujuan dari ucapan Ibnu Taimiyah rahimahullah:
"وكنت أبيّن لهم أنما نقل لهم عن السلف والأئمة من إطلاق القول بتكفير من يقول كذا وكذا فهو أيضا حق، لكن يجب التفريق بين الإطلاق والتعيين".
"Saya menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang disampaikan kepada mereka mengenai penggunaan istilah takfir oleh para salaf dan ulama hanyalah penggunaan istilah secara umum, bahwa siapa pun yang mengucapkan ini atau itu dianggap kafir adalah benar, namun perlu dibedakan antara penggunaan istilah secara umum dan penggunaan istilah secara spesifik."
📍 لأن التفريق بين الإطلاق والتعيين في تنزيل مقالات السلف التي تتناول معاني الوعيد هو ما تقتضيه أصول التشريع من العدل وإقامة الحجج والنصح والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر والعذر بالجهل والخطأ ونحو ذلك .
Penegasan perbedaan antara penggunaan kata-kata secara umum dan penggunaan kata-kata secara khusus dalam menyampaikan makna ancaman yang terdapat dalam tulisan para ulama salaf, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar syariat Islam, memerlukan keadilan, pendirian bukti-bukti, memberikan nasehat, menganjurkan kebaikan, melarang kemungkaran, memberi maaf atas kekhilafan dan kesalahan, serta hal-hal yang sejenisnya.
وأما أن يحمل كل قول سلفي على عمومه مضطردا على كل حال ومآل منفصلا عن ملابسات وقائع تلك المقالة فهو فهم سقيم وتنزيل خاطئ بل هو نوع غلو ولفحة هوى ، إذ تصير بذلك دليلا قائما بذاتها من جنس الأدلة الشرعية من كتاب أو سنة أو إجماع ، ولهذا قال رحمه الله “فإذا رأيت إمامًا قد غلّظ على قائل مقالته أو كفّره فيها، فلا يعتبر هذا حكمًا عامًا في كل من قالها إلا إذا حصل فيه الشرط الذي يستحقّ به التغليظ عليه والتكفير له" والله المستعان .
Artinya adalah bahwa tidak benar jika kita mengartikan setiap pernyataan dari para ulama salaf secara umum, tanpa memperhatikan konteks dan latar belakang pernyataan tersebut. Hal ini adalah kesalahan pemahaman dan penafsiran yang keliru, bahkan dapat dikategorikan sebagai tindakan ekstrem dan pengaruh dari hawa nafsu. Dalam hal ini, pernyataan tersebut dapat menjadi dalil sendiri yang memiliki jenis kekuatan hukum yang sama seperti dalil dari Al-Quran, hadis, atau ijma' ulama. Oleh karena itu, ketika anda melihat seorang imam yang keras dan mengkafirkan seseorang dengan pernyataannya, hal ini tidak boleh dipahami sebagai sebuah hukum yang berlaku umum bagi semua orang yang mengatakan hal yang sama, kecuali jika kondisi tertentu terpenuhi yang membenarkan perlakuan tersebut. Allah lah yang paling berkuasa dan paling membantu.
📌 وبعد المقدمة السابقة لنطبق المفهومين السابقين على ضوء الأثر السابق في سؤالك :
Setelah pengantar sebelumnya, mari kita terapkan konsep yang telah dibahas sebelumnya dalam konteks pertanyaan Anda.
Bersambung ... insya Allah