} h3.post-title{ text-align: center; } .post-title {text-align:center;} -->

Percakapan Ringkas Dengan Seorang Ustadz Yang Mulia Dari Indonesia Mengenai Syaikh Muhammad Bin Hizam

  ๐Ÿ“Œ Percakapan Ringkas Dengan Seorang Ustadz Yang Mulia Dari Indonesia Mengenai Syaikh Muhammad Bin Hizam๐Ÿ“Œ

๐Ÿ–‹️ Abul Athoo' Ahmad Banajah ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡

Versi PDF di sini | Versi ARABIC di sini

๐Ÿ”ธ P : ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡..

Bagaimana kabar anda Abul Athoo' ? ุณู„ู…ูƒ ุงู„ู„ู‡..

Saya memiliki beberapa pertanyaan berkaitan fitnah yang terjadi di negeri Yaman, dan tersebar di beberapa negara diantaranya adalah negara kami. Allohul mustaan.

๐Ÿ”น J : ูˆ ุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡..

ุฃุญู…ุฏ ุงู„ู„ู‡ ุฅู„ูŠูƒู… ุงู„ุฐูŠ ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ู‡ูˆ.

Saya harap kalian juga dalam keadaan baik, ustadz..

Akan lebih baik jika anda bertanya kepada ulama serta orang-orang yang adil dalam menjelaskan fitnah tersebut, dan memiliki kapasitas untuk berbicara.

๐Ÿ”ธ P : Sebagai seseorang yang saya dengar sudah bertemu langsung dengan Syaikh Muhammad bin Hizam, saya ingin bertanya kepada anda tentang permasalahan ini..

๐Ÿ”น J : Baik, silahkan.

๐Ÿ”ธ P : Apa alasan yang mendorong anda untuk safar dan bertemu dengan Syaikh Muhammad bin Hizam? Apakah anda mendukungnya?

๐Ÿ”น J : Saya bertemu beliau untuk mendengar dengan telinga saya sendiri, melihat dengan mata saya sendiri, bertanya dengan lisan saya, dan memastikan beberapa hal setelah banyak tersebar penukilan-penukilan serta perkataan, dan jarh yang keluar disebabkan penukilan-penukilan tersebut, serta karena tercampurnya sebagian al-haq dengan kebathilan, dan terdorong untuk menjalin ukhuwah karena Allah dengan beliau dan orang-orang yang bersama beliau.


๐Ÿ”ธ P : Berarti anda termasuk pembela beliau?

๐Ÿ”น J : Wahai ustadz, -semoga Allah menjaga anda-..  Saya adalah seorang penuntut ilmu yang berusaha menolong kebenaran dan membantah kebathilan berdasarkan ilmu, sesuai kemampuan saya.

Permasalahannya bukan tentang "bersama beliau atau sebaliknya". Tidak ada manfaat untuk membatasi seperti ini. Tujuannya jauh lebih besar dari itu, yaitu tentang bagaimana memilih jalan hidup yang benar sehingga seseorang bertemu Rabb nya dalam keadaan selamat. Maka yang dicari adalah jalannya, bukan orangnya.


๐Ÿ”ธ P : Kalau begitu, apa yang anda lihat? Apa yang anda dengar? Dan apa yang anda tanyakan?

๐Ÿ”น J : Saya melihat banyak kebaikan, serta kesungguhan dalam ilmu, dan kesungguhan mengajar dari Abu Abdillah serta para ikhwan pengajar disana, -semoga Allah melimpahkan pahala untuk mereka-

๐Ÿ”† Saya melihat keadaan markiz yang baik, terpancar syi'ar ahlussunah disana.

๐Ÿ”† Saya juga mendapati banyak pelajar dibandingkan markiz-markiz yang ada di daerah Yaman Selatan. Pada shalat maghrib biasa dihadiri sampai kurang lebih enam shaf, yang bisa menampung sekitar lima puluh orang.

๐Ÿ”† Disana saya juga mendengarkan pelajaran-pelajaran yang bagus, serta bacaan-bacaan Al-Qur'an yang indah.

Saya mendengar beberapa cerita dan persaksian dari sejumlah orang yang bertanggung jawab atas markiz tentang keributan yang terjadi pada banyak pelajar, dan kerusakan yang diperbuat untuk keluar dari markiz dan meninggalkan Ibnu Hizam karena adanya ancaman dari luar, dsb.. Allohul mustaan..

 ๐Ÿ“Œ Adapun pertanyaan-pertanyaan, ada banyak yang saya tanyakan. Terkadang kepada Syaikh Muhammad sendiri dalam pertemuan khusus antara saya dengan beliau, terkadang juga pada pertemuan yang melibatkan selain kami. Terkadang kami bertanya kepada kepada orang-orang baik yang membantu Syaikh Muhammad seperti Syaikh Al-Mufid Ridwan Buthan ูˆูู‚ู‡ ุงู„ู„ู‡ dan selain beliau.

➡️ Secara umum pertanyaan saya seputar beberapa permasalahan, yang paling penting ada dua permasalahan :

๐ŸŒธ Pertama : Tentang Ibnu Hizam yang tidak menerima nasehat, serta sikap angkuh dan menolak untuk kembali, dan perkara-perkara yang didapati pada penukilan-penukilan yang ada dari awal terjadinya fitnah.

๐ŸŒธ Kedua : Bagaimana sikap mereka terhadap Syaikh Yahya Al Hajury dan para ikhwah yang bersama beliau.

Dan bagaimana sikap mereka kepada masyayikhe ุงู„ูˆุตูŠุฉ dan orang-orang yang mendukungnya.

Serta masih ada pertanyaan-pertanyaan lain.


๐Ÿ”ธ P : Benarkah bahwa Syaikh Muhammad Hizam meninggalkan Al Hajury ?

๐Ÿ”น J : Wahai saudaraku yang adil, katakanlah "Syaikh Al-Hajury", jika anda menyebut Muhammad bin Hizam dengan "Syaikh", maka beliau (Syaikh Yahya Al Hajury) lebih berhak disebut demikian. 

Jika anda memiliki ketidak cocokan dengan Syaikh Yahya dalam satu permasalahan atau lebih, itu tidak menghalangi anda untuk tetap mengakui hak beliau pada permasalahan-permasalahan lain.

๐Ÿ”‘ Maka saya nasehatkan anda untuk tidak memperlakukan orang lain dengan apa yang anda tidak sukai untuk diri anda sendiri, dan tidak anda sukai untuk orang-orang yang anda cintai.

Karena Nabi ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… bersabda :

" ุฃุฏ ุงู„ุฃู…ุงู†ุฉ ู„ู…ู† ุงุฆุชู…ู†ูƒ ูˆู„ุง ุชุฎู† ู…ู† ุฎุงู†ูƒ"

“Tunaikanlah amanah terhadap dan jangan berbuat khianat kepada orang yang mengkhianatimu.”


๐Ÿ”ธ P : Baiklah, maaf. Pertanyaannya apa sebab yang menjadikan Syaikh Muhammad meninggalkan Syaikh Al Hajury?

๐Ÿ”น J : 

๐ŸŒธ Pertama : Saya tidak mengatakan bahwa Syaikh Muhammad meninggalkan Syaikh Al-Hajury, dan tidak membenarkan perkataan anda jika yang dimaksud adalah meninggalkan seperti meninggalkan beliau dengan hajr, membelakangi, atau berlawanan, sebagaimana meninggalkan ahlul bid'ah..

Karena Syaikh Muhammad mengatakan bahwa Syaikh Yahya adalah seorang 'alim, dan saya mendengar beliau mengatakan itu berkali-kali pada majelis yang berbeda-beda.

Namun sudah terjadi celah fitnah seperti yang anda tahu, dan tentang Syaikh Muhammad yang menyebutkan bahwa Syaikh Yahya adalah seorang 'alim (seorang yang berilmu). Jika anda mengira bahwa mengakui keutamaan beliau yang merupakan seorang 'alim tidaklah cukup kecuali dengan mengambil pendapat beliau tentang membid'ahkan masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ, jika tidak maka berarti dia tidak mengakui bahwa beliau adalah seorang yang alim dan tidak mengakui hak beliau sebagai orang yang mulia, dan berarti dia sudah meninggalkan beliau, Pemahaman seperti ini adalah salah besar, dan ini adalah pemikiran yang dangkal.

๐ŸŒธ Kedua : Kami mensifati keadaan ini dengan adanya semacam keretakan dalam da'wah. Yaitu saya yakin bahwa Syaikh Muhammad tidak kembali pada pendapat Syaikh Yahya dalam permasalahan para masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ secara khusus. Dan saya memiliki persangkaan kuat bahwa beliau tidak kembali pada pendapat Syaikh Yahya dalam beberapa permasalahan da'wah setelah apa yang terjadi.. Allohul mustaan..

๐Ÿ“Œ Maka apa yang beliau lakukan adalah meninggalkan sebagian perkara pada permasalahan-permasalahan tertentu, dan ini tidak berkonsekuensi bahwa beliau meninggalkan Syaikh Yahya secara mutlak, atau menganggap bid'ah, ataupun menghajr, atau semisalnya. Permasalahan antara beliau berdua adalah antara benar, salah, atau diperinci. Sehingga ini bukan dianggap seperti seorang ahlussunah yang meninggalkan ahlul bid'ah, bukan juga meninggalkan dalam bentuk khianat atau semisalnya yang seakan-akan mengancam.. Allohul mustaan..

๐Ÿ“ Baiklah, disini akan saya sebutkan dua kesimpulan berdasarkan pengetahuan saya :

๐Ÿ‚ Pertama : Khusus berkaitan pembicaraan atau sikap Syaikh Yahya.
Sebagaimana anda dan banyak orang ketahui bahwa tidak ada perkataan atau tulisan Syaikh Yahya secara resmi, baik yang disebutkan bahwa beliau mengatakan sesuatu, ataupun sebuah tulisan yang dicantumkan padanya nama beliau. Bahkan tidak ada juga menghizbikan, atau  membid'ahkan secara langsung dari beliau kepada para masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ dan orang-orang yang membela mereka, apalagi terhadap Syaikh Muhammad !!

Maka tidak benar menyandarkan sebuah perkataan kepada Syaikh Yahya sampai benar-benar jelas dari beliau. Dan ini adalah perbuatan yang salah dari berbagai sudut, karena bisa menjadi sandaran bagi orang-orang yang tidak meneliti permasalahan ini dengan baik.

๐Ÿ‚ Kedua : Berkaitan tentang siapa yang sebenarnya meninggalkan.
Jika anda memperhatikan kejadian sebenarnya, seharusnya yang dikatakan meninggalkan bukanlah Syaikh Muhammad. Bahkan yang meninggalkan adalah orang-orang yang mengaku bersama Syaikh Yahya, baik para masyayikh, ikhwan penuntut ilmu yang berpendapat sama terhadap masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ. Atau para penuntut ilmu yang meninggalkan markiz Syaikh Muhammad setelah jelas bahwa beliau ruju' dari mentabdi' masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ..  Karena itulah sangat banyak orang yang menghubungi saya agar saya meninggalkan Syaikh Muhammad.

▶️ Artinya ; anda tidak mendapati secara jelas bahwa Ibnu Hizam sejauh pengetahuan saya beliau tidak berkata "Saya berlepas diri dari Syaikh Yahya dan orang-orang yang bersama beliau" atau "Saya meninggalkan kalian dan pendapat yang kalian ambil."

Bahkan perkataan-perkataan seperti ini jelas keluar dari banyak para orang yang bersama Syaikh Yahya seperti Syaikh Abu Bilal -semoga Allah memperbaiki keadaan kami, beliau, dan yang lainnya-, beliau mengatakan perkataan semacam "Kami tidaklah bersama dia (Syaikh Muhammad).. tinggalkanlah dia.. keluarkan kitab-kitab nya". Ini dari satu sisi..

▶️  Di sisi lain, coba pikirkan ketika ada seseorang yang mendatangi anda dan berkata "Ikuti pendapat saya, jika tidak saya akan meninggalkan anda." Sementara anda memiliki pendapat dan keyakinan yang berlawanan dengan orang tersebut pada permasalahan pokok dimana setiap orang yang adil berpandangan bahwa permasalahan tersebut adalah ijtihadiyyah, yang tidak terdapat dalil jelas dari Al Qur'an dan as-sunnah, dan tidak ada ijma' para ulama di seluruh dunia, sehingga permasalahan ini memiliki beberapa sudut pandang dan kemungkinan. Yang akhirnya anda tidak mengikuti pendapat laki-laki tersebut, kemudian dia pun mentahdzir anda, menyebarkan berita, dan berusaha mempengaruhi para murid anda. Coba pikirkan, siapa yang sebenarnya meninggalkan? Dia lah yang sebenarnya pergi meninggalkan. Maka disini mengapa memutar balik fakta?


๐Ÿ”ธ P : Bukankah termasuk ghuluw jika membid'ahkan setiap syaikh yang dibid'ahkan oleh Syaikh Al Hajury?

๐Ÿ”น J : Sebenarnya, apabila diteliti, anda akan mendapati bahwa sikap ghuluw dengan membid'ahkan orang tertentu secara mutlak ataupun jenis golongan tertentu, perlu ditinjau lebih lanjut. Karena pada asalnya, menjatuhkan vonis bid'ah "pada banyak kasus" merupakan permasalahan ijtihadiyyah, sehingga pendapat yang ada antara "benar" atau "salah", yaitu ini adalah permasalahan istibath atau dalam arti lain ijtihad, dimana ijtihad nya ulama memiliki dua kemungkinan, yaitu : benar atau salah.

Namun jika memang ijtihad para ulama satu suara dalam menghukumi seseorang atau kelompok tertentu maka permasalahan yang sebenarnya ijtihadiyyah berubah menjadi permasalahan qoth'iyyah, karena para ulama sudah bersepakat atas satu pendapat. Dimana ahlussunah wal jamaah tidaklah bersatu atas satu pendapat kecuali itu pasti kebenaran, sehingga permasalahan itu pun menjadi permasalahan qoth'iyyah. Demikian juga apabila permasalahan tersebut memiliki dalil yang jelas dan shohih yang tidak mengakibatkan munculnya penafsiran atau kemungkinan lain.

‼️ Adapun istibath seorang 'alim terkait menjatuhkan vonis bid'ah terhadap orang tertentu dan berpendapat bahwa istibath nya adalah permasalahan qoth'iyyah, kemudian mengharuskan manusia untuk mengikutinya, maka ini adalah pendapat yang mungkar dan asas nya lebih lemah dari sarang laba-laba.

๐Ÿ’กInilah tolak ukur yang diterapkan ahlul ilmi terhadap permasalahan qoth'iyyah sehingga tidak ada toleransi dan mereka berlepas diri dari yang menyelisihi permasalahan qoth'iyyah.

Adapun menjadikan permasalahan ijtihadiyyah sebagai tolak ukur toleransi, itu adalah bentuk fanatik dan sama sekali bukan termasuk jalan salaf..

Jangan heran dengan keberadaan orang-orang yang mengatasnamakan tentang kelompok tertentu seperti Ikhwanul Muslimin, mereka mengatakan "Kalau begitu, bid'ah nya Ikhwanul Muslimin, Al-Kaedah, dan selainnya merupakan permasalahan ijtihadiyyah menurut kalian karena tidak ada dalil yang jelas tentang hal tersebut dalam Al-Qur'an dan hadits, dan tidak ada ijma' atas bid'ah nya mereka."

▶️ Jawabannya : Apabila kami membenarkan pernyataan tersebut, maka itu merupakan sebuah penyangkalan yang lemah karena itu menunjukkan pemahaman yang salah terhadap permasalahan ijtihadiyyah dengan memaknai ijtihad sebagai "pilihan" (sehingga ketika ada permasalahan ijtihadiyyah sama-sama boleh memilih antara dua pendapat sesuai kebutuhan)

Ini bukan pemahaman yang benar tentang permasalahan ijtihadiyyah secara mutlak, bahkan pemahaman bahwa ijtihadiyyah merupakan pilihan secara mutlak adalah manhaj yang bahaya, yang dikritisi secara tertulis oleh para ulama ahlussunah seperti Ibnul Qayyim, dan Ibnu Hazm ุฑุญู…ู‡ู… ุงู„ู„ู‡, dan perkataan mereka tersebar dimana ijtihad asal maknanya secara umum adalah mengerahkan segala yang dimiliki secara tabiat ataupun diusahakan untuk menempuh jalan dalam meneliti serta mendalami permasalahan tertentu dengan tujuan menyimpulkan hukum permasalahan serta mendapatkan hukum syariat yang sesuai dengan hujjah kuat yang sudah diteliti.

Dimana seseorang yang berijtihad tentang suatu permasalahan, maka tidak boleh baginya untuk mengambil ijtihad yang bersebrangan pada permasalahan yang sama kecuali karena udzur syar'i. Sehingga ijtihad yang diambil adalah bentuk menjalankan kewajiban serta membebaskan diri dari tanggungan karena dia sudah berusaha dengan maksimal untuk sampai pada hukum syar'i yang sesuai menurut penelitian yang telah dilakukan, dan Allah tidaklah membebani seseorang lebih dari kapasitas nya. Dan dia berhak untuk mengemukakan ijtihad nya kepada manusia yang alim maupun yang jahil terkadang untuk muroja'ah, terkadang untuk menjelaskan sesuatu ilmu dan hujjah yang diketahui. 

๐Ÿšซ Tapi tidak boleh mengharuskan orang lain serta menggiring mereka untuk mengikuti ijtihadnya sebagimana telah dijelaskan tentang perkataan Ibnu Taimiyyah ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ pada pembahasan yang telah lalu. Dan yang lebih parah dari ini (mengharuskan manusia untuk mengikuti ijtihad nya) adalah menjadikan ijtihad nya sebagai barometer dalam toleransi (wala' dan bara').

๐Ÿ”บ Jika kita menghukumi setiap orang yang salah dalam membid'ahkan dengan "ghuluw", artinya kita sedang menyikapi "ghuluw" dengan "ghuluw". 

Kenapa..?? coba pikirkan.. adakah orang yang terbebas dari kesalahan ??

๐Ÿ”‘ Maka sikap pertama dalam menghadapi sebuah kesalahan adalah menyatakan bahwa (kejadian, perkataan, atau perbuatan) itu salah, setelahnya harus mengetahui bahwa membid'ahkan masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ merupakan permasalahan ijtihadiyyah yang salah, yang mengakibatkan banyak kerusakan, serta terhalangnya banyak kemaslahatan, diantaranya adalah fitnah ini memiliki pengaruh yang sangat disayangkan terutama di beberapa negara 'ajam seperti Indonesia. Memiliki pengaruh yang lebih besar, dengan adanya talak atau khulu' disebabkan fitnah yang terjadi, begitupula yang saya lihat sendiri dengan menjauhnya orang-orang dari sunnah dan dampak-dampak lainnya yang menjadi tanggungan besar bagi siapa yang mengakibatkan terjadinya semua hal ini. Allohul musta'an..

๐Ÿ”– Katakanlah kita menerima bahwa kejadian ini mendatangkan maslahat karena ini merupakan bentuk membersihkan da'wah dari kejelekan.. ❓ Pertanyaan nya : membersihkan da'wah dari kejelekan seperti apa ❓ Dari orang-orang yang menjelaskan kitab ุงู„ูˆุงุณุทูŠุฉ dengan penjelasan yang sama seperti kalian? Dari orang-orang yang ketika berbicara tentang permasalahan yang terjadi mengenai revolusi politik mereka memiliki perkataan yang sama dengan kalian, atau berbicara tentang dunia seperti demokrasi, toleransi agama, liberal, dll.. perkataan mereka sama dengan kalian. Ketika mereka menjelaskan tentang seorang ulama mereka menjelaskan sesuatu yang sama dengan kalian, apabila kalian menyandarkan kepada para imam mereka pun sama, merahmati para ulama yang kalian rahmati serta berlepas dari siapa yang kalian pun berlepas darinya. Hanya berselisih dengan anda dalam permasalahan yang sedikit.. Adapun selain itu, kalian memiliki pendapat yang sama. Seperti yang mereka katakan bahwa orang-orang ini memiliki pondasi yang menyelisihi manhaj salaf, dan ini adalah perkataan yang menggambarkan kualitas orang yang mengatakan, terlebih jika disebutkan secara mutlak -kami memohon keselamatan kepada Allah-. Ketahuilah bahwa fanatik jika sudah menjamah akal, tidak ada lagi keadilan sehingga yang terjadi adalah kedzaliman.

❗️Ada sikap ghuluw yang lebih parah dari ini dengan mengatakan atau memvonis bahwa mereka (yang menyelisihi ijtihad nya) berarti memerangi sunnah dan lafadz ini seandainya tidak dijelaskan maka bermakna mengkafirkan secara umum . dan ini cukup jelas sebagai perkataan yang tidak masuk akal.

〽️ Dan sebagai bantahan yang lebih jelas bagi orang yang memvonis bahwa yang menyelisihi ijtihad nya telah memerangi sunnah; bahwa siapa yang berpendapat demikian merupakan satu tanda "ghuluw" karena apabila ditanyakan "apakah ada ahlussunah di dunia yang tidak mengetahui, atau tidak bersandar, atau tidak berhubungan dengan Syaikh Yahya!"

๐Ÿ”… Jawabannya ada dua kemungkinan..

๐ŸŒฟ Pertama : Jika mereka menjawab "tidak ada" (semua ahlussunah pasti memiliki hubungan dengan Syaikh Yahya..). Maka sungguh ini jawaban yang sangat tidak masuk akal, cukup jawaban ini menjelaskan sendiri bagaimana dangkalnya pemahaman orang yang menjawab..

๐ŸŒฟ Kedua : Jika mereka menjawab "tentu saja ada." Maka tanyakanlah.. apakah seluruh ahlussunah yang tidak memiliki hubungan dengan Syaikh Yahya juga memerangi para masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ ?? Kalau dijawab "iya, mereka juga memerangi para masyayikh tersebut" maka kita katakan "kalau begitu, berikan kepada kami kepastian yang menjadi bukti penyataan kalian." Jika tidak bisa berarti itu tertolak dan artinya mungkin saja ada ahlussunah diluar sana yang mereka tidak memiliki hubungan dengan Syaikh Yahya namun juga tidak memerangi para masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ, dan mereka tetap  merupakan ahlussunah.

Lihatlah contohnya bagaimana semua pihak menghormati Syaikh Al-Luhaidan ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡, baik yang bersama Syaikh Yahya ataupun yang bersama para masyayikh tersebut, ini adalah satu dari banyak contoh dimana kedua pihak memiliki pendapat yang sama tentang ilmu dan salafiyyah nya beliau (Syaikh Al Luhaidan).

๐Ÿ’ก Kesimpulannya bahwa masyayikh ุงู„ูˆุตูŠุฉ -semoga Allah memberikan taufiq kepada mereka- mereka tidaklah memerangi ahlussunah karena mereka juga memikul sunnah.. Dan tuduhan seperti diatas adalah bentuk ketidakadilan terhadap pihak yang menyelisihi, tidak baik dalam menimbang permasalahan, serta merendahkan akal.

๐Ÿ”ธ Jika ditanyakan "dari sisi mana anda mengatakan bahwa vonis tersebut adalah ghuluw ??"

๐Ÿ”น Jawabannya : Dengan perkataan bahwa mereka "memerangi ahlussunah" muncul dari orang-orang yang menganggap bahwa ahlussunah hanya bersama Syaikh Yahya dan yang bersama beliau saja. Sehingga orang yang memerangi Syaikh Yahya pun seakan divonis memerangi sunnah. Ini adalah konsekuensi yang jelas dari ucapan mereka. Karena perkataan bahwa mereka adalah ahlussunah yang murni adalah sebuah perkataan baru yang butuh dalil jelas yang menetapkan hal tersebut. Namun bagaimanapun klaim kemurnian mereka sebagai ahlussunah, tidak menghalangi bahwa yang lain pun termasuk ahlussunah !

๐Ÿ”ธJika dikatakan "itu bukan konsekuensi dari perkataan kami, karena maksud kami berarti mereka memerangi ahlussunah Yaman saja..(bukan ahlussunah seluruh dunia)".

๐Ÿ”น Baiklah katakan memang demikian, seandainya lafadznya memang secara umum namun yang kalian maksud hanya mengatakan bahwa mereka memerangi ahlussunah di Yaman.

Biarkan kalimat ini ada, maka apakah mereka yang memerangi ahlussunah di Yaman namun mereka mengakui ahlussunah di selain Yaman dianggap sebagai mubtadi' keluar dari ahlussunah?! Secara umum.. terlebih dengan kegoncangan dan lemahnya tuduhan..

๐Ÿ—ฏ Seakan-akan ahlussunah di Yaman adalah gambaran dari ahlussunah seluruh dunia, yang menghidupkan salafiyyah tanpa yang lain! Siapa diantara ulama yang memiliki pandangan demikian? Jelaskan kepada kami agar kami pelajari, dan berikan bukti agar kami percaya!!

▪️ Sehingga tidak heran ketika Syaikh Abu Bilal dan selainnya mengatakan "Kami tidak mengetahui salafiyyah di dunia yang lebih terkumpul padanya kemurnian dari salafiyyah yang ada di Yaman" yang dimaksud adalah dirinya dan orang-orang yang bersamanya. Disisi lain beliau juga mengatakan bahwa Syaikh Al Luhaidan adalah seorang 'alim, begitupula Syaikh Al Fauzan adalah seorang 'alim, dan ulama yang lain.. dan perkataan Syaikh Abu Bilal ูˆูู‚ู‡ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุฃุตู„ุญ ุฃุญูˆุงู„ู†ุง- berkonsekuensi bahwa ilmu para ulama tersebut tidak cukup untuk disifati dengan kemurnian salafiyyah sebagaimana Syaikh Abu Bilal!!

Maka apa manfaat dari ilmu mereka jika tidak terjaga ilmu dan pembelajaran nya tidaklah murni untuk menjadi perjalanan mereka menuju Allah ุชุนุงู„ู‰ !

๐Ÿ’ก Saya mengatakan hal ini bukanlah bermaksud meremehkan jama'ah salafi di Yaman, sama sekali bukan demikian, dan saya berlindung dari hal tersebut. Bahkan ini adalah bentuk memuliakan salafi di seluruh dunia, dan tujuannya adalah menolak untuk tidak menganggap salafi di negeri lain dengan bahasa demikian!

๐Ÿ”ธ Jika ada pembelaan "tidak, bahkan sifat kemurnian salafiyyah yang kami maksud juga mencakup para ulama salafiyyin lainnya"

๐Ÿ”น Maka kami katakan bahwa jika memang kalian maksud demikian maka perkataan tersebut dengan membatasi kemurnian salafiyyah di Yaman adalah pernyataan yang tidak tepat.

⏳ Oleh karena itu, seorang yang meneliti dengan adil akan mendapati bahwa semisal pandangan Syaikh Abu Bilal terhadap sebagian ulama lajnah daimah atau selainnya yang dihormati dan dikenal dengan keutamaan, keilmuan, serta manhaj salaf nya, merupakan pandangan yang ekstrim dan membingungkan karena jelas bertentangan dengan banyak permasalahan seperti bagaimana mulianya Syaikh 'Allamah Al-Ghudayyan, Syaikh Al-Luhaidan ุฑุญู…ู‡ู… ุงู„ู„ู‡, Syaikh Al-Fauzan dan yang selainnya dari para masyayikh yang menjelaskan berulang kali dengan pandangan mereka serta pendalilan sebagai peringatan serta nasehat bahwasannya ilmu jarh dan ta'dil hanya dilakukan oleh ulama hadits yang berkompeten.

❗️Bukan untuk seluruh tholibul ilmi secara umum apalagi awwam ahlussunah. Dan dengan sikap mereka terhadap permasalahan ini (jarh dan ta'dil), serta beberapa permasalahan lain dianggap sebagai permasalahan yang menjadikan murninya salafiyyah di negeri Yaman menurut Syaikh Abu Bilal, dan keputusan mereka dalam menghukumi seseorang dianggap sudah mencukupi dengan memboikot seseorang karena dianggap bermudah-mudahan dalam agama meskipun keadaan nya tidak sampai pada bid'ah!!

Dan mereka tidak menerima secara mutlak jika orang tersebut mengambil pendapat, pendalilan, pemikiran ulama yang dipercaya keilmuan, serta salafiyyah nya!!

Sikap seperti ini sangat mengherankan.. Allohul musta'an..

Seakan-akan seperti pemahaman para khowarij yang mengatakan bahwa Syaikh Ibnu Baz ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ adalah seorang alim kecuali dalam permasalahan jihad. Seperti mereka yang seakan mengatakan bahwa seperti Syaikh Al Luhaidan, Al Fauzan, Al Abbad, dll, mereka merupakan ulama kecuali pada permasalahan jarh dan ta'dil.

Demikianlah permasalahannya. 

Dan pernyataan semacam ini dibawakan dengan bentuk perdebatan, jika tidak demikian maka saya yakin bahwa Syaikh Yahya dan yang bersama beliau dari orang-orang yang adil tidaklah sepakat dengan perkataan semacam ini, Allohul musta'an..

Maka saya tidak mengetahui ada suatu perkataan dari Syaikh Yahya secara langsung atau tidak langsung yang berisi bahwa hanya kami ahlussunah, di Yaman, adapun selainnya berhak untuk celaka.


❓ Pertanyaan :

Berkaitan dengan apa yang anda sebutkan tentang sikap Syaikh Muhammad.. apakah beliau benar-benar tidak menerima nasehat dan beliau adalah seorang yang menentang sebagaimana dikatakan diluar?

๐Ÿ’กKesimpulannya :

Syaikh Muhammad bukan tidak menerima nasehat, diskusi, serta dialog secara mutlak menurut yang saya ketahui. Bagaimana bisa dikatakan demikian padahal sudah tersebar bahwa beliau meminta udzur mengenai perbuatan beliau yang telah menghapus muqoddimah dari Syaikh Yahya, beliau meminta udzur dan menyatakan kembali kepada al-haq in syaa Allah, serta mengakui keutamaan Syaikh Yahya, dan tidak menghalangi beliau untuk mengakui "saya salah" kepada khalayak. Sehingga kenyataan nya nasehat yang diberikan kepada beliau dan diberitakan bahwa itu ditolak oleh beliau adalah nasehat agar beliau menerima permasalahan tahkim (vonis untuk menghukumi seseorang) secara khusus.

Siapa yang menjatuhkan vonis ini?

Orang-orang yang mengatakan bahwa Syaikh Muhammad menentang nasehat, mereka berpendapat bahwa menjatuhkan vonis atau menghukumi seseorang bisa dilakukan kepada ikhwah salafiyyin tholibul ilmi..

Sedangkan Syaikh Muhammad dan orang-orang yang bersama beliau berpendapat bahwa menghukumi seseorang dilakukan kepada orang-orang yang menyelisihi dengan merugikan dakwah.

๐Ÿ”ธ Baiklah, maka sekarang terjadi perselisihan pendapat antara orang-orang yang mengatakan bahwa Syaikh Muhammad menolak nasehat dengan Syaikh Muhammad sendiri tentang siapakah "lajnah tahkim" (yang berhak memvonis) , dan pendapat mana yang kami ambil?

๐Ÿ”น Jawabannya : Kita tidak berpihak pada pendapat siapapun, dimana hujjah jika sudah jelas maka tidak diterima lagi alasan apapun.

▶️ Dan permasalahan dikembalikan kepada orang yang disepakati oleh seluruh pihak, dalam kasus ini adalah Syaikh Yahya, demikianlah yang dilakukan oleh salaf dalam keadaan semacam ini, sebagimana atsar shohih dari Sufyan Ats Tsaury berkata : "Jika kami berselisih tentang suatu permasalahan, kami mendatangkan penengah" Yaitu Ibnu Kidam, guru mereka. Sehingga hendaknya permasalahan ini diangkat kepada Syaikh Yahya untuk dikaji dan diklarifikasi oleh Syaikh Muhammad, dengan begitu akan selesai permasalahan.. Sayangnya ini tidak terjadi..

๐Ÿ“Œ Adapun seorang yang meneliti tentang permasalahan ini akan mendapati bahwa menghukumi tentang da'wah bersama seorang da'i harus disertai rincian yang jelas, karena ini adalah permasalahan yang sangat sensitif, maka tidak setiap orang yang ikut andil dalam da'wah diambil pendapatnya, terutama dalam permasalahan menjatuhkan vonis terhadap seseorang, sehingga harus dilihat bagaimana keadaan da'i tersebut, seperti apa vonis dugaannya, diteliti, dan dipelajari apa manfaat dari vonis yang akan dijatuhkan sebelum menjatuhkan vonis secara resmi..


๐Ÿ”ธ P : Pertanyaan terakhir -semoga Allah menjaga kalian- bagaimana keadaan da'wah kalian?

๐Ÿ”น J : Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan kenikmatan..

Saya bersama para ikhwah yang bersama saya disini, di Malaysia. Kami sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat in syaa Allah, dan saya sangat antusias untuk membimbing mereka bersama saya agar bersikap tengah dan adil terhadap perselisihan para ulama dalam ushul ataupun furu', secara keilmuan ataupun amalan. Dan saya sangat bersungguh-sungguh untuk menjelaskan kepada diri sendiri dan kepada para ikhwah..

๐Ÿ’ก Maka ini wasiat saya terhadap para ikhwah karena Allah, terutama menimba ilmu bersama kami, sama saya para ikhwah yang mulia di tanah Yaman, terkhusus di Aden, terkhusus lagi para ikhwah di masjid Al-Jabrati -semoga Allah memberikan taufiq kepada mereka- dan juga kepada ikhwah lain termasuk para ikhwah yang berada di Indonesia, terkhusus di Surabaya. Demikian juga para ikhwah di Maldives. Juga para ikhwah yang sedang bersama saya di Malaysia terutama yang membaca Al-Qur'an kepada saya. Saya mewasiatkan kepada kalian semua untuk bersabar dengan semua apa yang sedang terjadi serta untuk tidak masuk kedalam nya agar ditangani oleh yang berhak untuk diteliti sebagai bentuk penghormatan serta pengagungan terhadap ilmu, dan sebagai bentuk mengakui keutamaan orang-orang yang berilmu. Dan sebelum masuk pada tahap pembahasan ini, saya wasiatkan agar kalian bersemangat dalam mempelajari ilmu yang shahih dengan menghafal kitabullah ุชุนุงู„ู‰ serta memahaminya dengan baik dan benar, menghafal sunnah Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… dan memahaminya dengan baik secara bertahap dibawah bimbingan para ulama yang dalam keilmuannya. 

Sebagaimana melompati satu tahap dari permasalahan dunia bisa berdampak minimalnya kehilangan manfaat terbesar, demikian pula pada permasalahan agama..

Allohul musta'an.. wallohu a'lam..


๐Ÿ”ธ P : Apakah anda mengizinkan pembicaraan ini disebarkan?

๐Ÿ”น J : Tidak masalah, silahkan disebarkan..


Bisa baca juga di sini


TRENDING