} h3.post-title{ text-align: center; } .post-title {text-align:center;} -->

02 - MEMAHAMI KAIDAH-KAIDAH NAMA DAN SIFAT ALLAH: KONSEP KETAUHIDAN YANG MENDASAR DALAM ISLAM

🔸 Daurah Ilmiah “Bersama Tokoh Ilmuwan Negara Yaman ke Perlis” 🔸 Yang Berbahagia Sheikh Dr. Abdullah bin Umar bin Mar’i (Pengerusi Lembaga Pemegang Amanah Universiti Islam Antarabangsa Yaman & Pengelola Dar al-Hadith al-Fiyush dan al-Shihr, Yaman). Siaran ini dikuasakan oleh Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis (MAIPs).

Penerjemah: Asy-Syaikh Ahmad Banajah hafidzahullah - Sesi 2 Pagi 06/08/2025 Masjid Alwi Kangar, Negeri Perlis

Translate dalam Bahasa Indonesia/Malay + English , Sesi-1Sesi-2Sesi-3Sesi-4, Sesi-5

🧭 Pengantar

Dalam kajian teologis Islam, bab al-Asmā’ wa al-Ṣifāt (Nama dan Sifat Allah) merupakan bagian paling sensitif sekaligus paling krusial. Kesalahan memahami aspek ini bisa menyeret seseorang ke dalam penyimpangan aqidah yang serius, bahkan sampai pada batas-batas kekufuran. Kajian ini menekankan bahwa pembahasan tentang nama dan sifat Allah tidak boleh dibangun atas dasar logika bebas, filosofi spekulatif, atau selera pribadi. Ia adalah bāb tauqīfī, yaitu bab yang hanya boleh diyakini sesuai dengan apa yang datang dari dalil syar'i—al-Qur'an dan Sunnah Shahihah.

Dalam sesi ini, dijelaskan dengan sangat rinci dan sistematis beberapa qawāʿid (kaidah-kaidah pokok) dalam memahami Nama dan Sifat Allah berdasarkan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah, serta kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh berbagai kelompok bid'ah seperti Jahmiyyah, Mu'tazilah, Asy'ariyyah, bahkan sebagian sufi ekstrem. Kajian ini bukan sekadar kajian teoretis—ia merupakan fondasi iman.


📌 Rangkuman Faedah Ilmiah Lengkap:

🔹 Kaidah ke-6: Nama-Nama Allah Tidak Terbatas pada 99

  • Dalil Hadits: Rasulullah ﷺ bersabda:

    "إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِئَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ"
    “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang mengihṣā-nya akan masuk surga.”
    (Muttafaq ʿAlaih)

  • Penjelasan:

    • Hadits ini tidak bermakna bahwa jumlah nama Allah hanya 99. Tetapi maksudnya, ada 99 nama yang memiliki keutamaan khusus, yakni siapa yang menghafal dan memahami maknanya akan masuk surga.

    • Nama-nama Allah jauh lebih banyak dari itu. Dalilnya adalah hadits lain:

      "أسألك بكل اسم هو لك، سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحداً من خلقك، أو استأثرت به في علم الغيب عندك."
      “Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama milik-Mu yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu.”
      (HR. Ahmad, dan dinilai shahih oleh Al-Albani)

    • Artinya, ada nama-nama Allah yang tidak diberitakan kepada manusia dan hanya diketahui Allah sendiri.

    • Kaidah: Tidak ada penetapan daftar resmi 99 nama dari Nabi ﷺ. Hadits yang mencantumkan daftar nama-nama tersebut (dalam riwayat Tirmidzi) adalah lemah.

  • Ibn ‘Utsaimin mengumpulkan 81 nama dari al-Qur’an dan 20 dari Sunnah. Total 101 nama. Namun itu bukan batas akhir.


🔹 Kaidah ke-7: Larangan Berbuat Ilḥād dalam Nama-Nama Allah

  • Ilḥād adalah penyimpangan dari makna yang seharusnya. Ada empat bentuk utama:

    1. Menolak nama atau makna sifat Allah. Contoh: Jahmiyyah, Mu'tazilah.

    2. Menyerupakan nama dan sifat Allah dengan makhluk. Contoh: Karrāmiyyah, kelompok sufi ekstrem.

    3. Menamai Allah dengan nama yang tidak pernah Dia sebutkan untuk Diri-Nya, seperti “Bapa” (nasrani) atau “Al-‘Illah al-Fā‘ilah” (filsuf).

    4. Mengambil nama Allah dan menisbatkannya kepada selain Allah, seperti al-‘Uzzā (dari al-‘Azīz) atau al-Lāt (dari Allāh).

  • Dalil atas keharaman ilḥād:

    "وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ"
    “Tinggalkanlah orang-orang yang melakukan ilḥād dalam nama-nama-Nya, mereka akan dibalas atas apa yang telah mereka lakukan.”
    (QS. al-A’raf: 180)

  • Ilḥād adalah dosa yang besar, bahkan lebih besar daripada syirik, karena termasuk berkata atas nama Allah tanpa ilmu.


🔹 Kaidah ke-8: Semua Sifat Allah adalah Sifat Kesempurnaan

  • Sifat Allah semuanya sempurna, tanpa kekurangan sedikit pun.

  • Sifat yang bisa bermakna ganda seperti makr (tipu daya), khidāʿ (muslihat), hanya boleh ditetapkan dalam konteks tertentu—yakni dalam rangka membalas perbuatan orang kafir atau zalim, bukan sifat mutlak.

  • Contoh:

    "وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ"
    “Mereka membuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembuat makar.”
    (QS. Ali ‘Imran: 54)

  • Sifat seperti khiyānah (khianat) tidak disebutkan bagi Allah, bahkan dalam balasan pun, karena ia tidak mengandung kesempurnaan.


🔹 Kaidah ke-9: Bab Ṣifāt Lebih Luas daripada Bab Asmā’

  • Setiap nama Allah pasti mengandung sifat. Tapi tidak semua sifat bisa diambil darinya nama.

    • Contoh: al-ʿAlīm → sifat ʿilm (ilmu)

    • Tapi al-Māji’ (Yang datang) atau al-Nāzil (Yang turun) tidak boleh dijadikan nama karena tidak disebutkan sebagai nama.

  • Sifat-sifat Allah mencakup:

    • al-Majī’ (Datang), al-Akhdh (Mengambil), al-Baṭsh (Mencengkeram), al-Nażūl (Turun), dll. Semua ini ditetapkan karena dalil shahih dan sesuai dengan adab.


🎯 Kesimpulan dan Penegasan Penting:

  • Bab Nama dan Sifat Allah adalah bab aqidah yang mendasar, bersifat tauqīfī dan tidak bisa ditakwil seenaknya.

  • Pemahaman keliru terhadap sifat Allah membawa pada penyimpangan aqidah serius.

  • Wajib berhenti pada apa yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan meninggalkan semua filsafat asing serta pendekatan analogis yang tidak berdasar dalil.

  • Setiap nama mengandung sifat, tapi tidak semua sifat melahirkan nama.

  • Ilḥād dalam nama Allah adalah kesesatan besar dan termasuk dosa yang sangat besar.



TRENDING