Asy-Syaikh Ahmad Banajah hafidzahullah
t.me/collectionofqnawithahmadbanajah/1740
📌 فائدة في معنى وسطية الحق
Faidah tentang Makna Wasathiyah dalam Kebenaran
جاء في البخاري من حديث أبي سعيد رضي الله عنه قال قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " { وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا } - قَالَ : عَدْلًا .
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat: "{Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu umat yang wasath}" - beliau berkata, "adil" dalam makna pertengahan (wasath).
📍سؤال ما هو وجه اختيار لفظ الوسطية في التعبير عن العدل في هذا المقام ؟
Pertanyaannya adalah, mengapa dipilih istilah "al-wasathiyah" untuk mengungkapkan keadilan dalam konteks ini?
الجواب : 📍لأنه هو المناسب للمقام.
فالمقام مقام رد على باطل وأهله و مقام نصرة للحق وأهله .
Jawabannya: karena itu yang sesuai dengan konteksnya.
Karena dalam konteks ini, keadilan memiliki dua sisi, yaitu menolak kebatilan dan pendukungnya, serta mendukung kebenaran dan pendukungnya.
Maka sudah seharusnya dipilih istilah yang mencerminkan keteguhan pada kebenaran dan petunjuk - yang merupakan esensi dari keadilan - tanpa terpengaruh oleh ifrath (melampaui) dan tafrith (meremehkan) seperti yang sering terjadi dalam hal yang batil.
وهذا معنى يتجلى على نحو أوضح في لفظ الوسطية من لفظ العدل المجرد ، بل وفيه معنى بيان الموقف الصواب تجاه المخالف .
Makna ini lebih terungkap dengan jelas dalam istilah "al-wasathiyah" dibandingkan dengan istilah "adl" semata, bahkan mengandung makna menyampaikan sikap yang benar terhadap pihak yang berseberangan.
📍أما مقام الرد المذكور فهو على قوم سفهاء طعنوا في معاشر المؤمنين بسبب تحويل القبلة التي كانوا عليها موهمين لمعنى التناقض والاختلاف والتغاير في الأحكام بل واستطردوا في ذلك الباطل حتى استنتجوا الإلزامات غير اللازمة
Adapun konteks tanggapan yang disebutkan, itu ditujukan kepada sekelompok orang bodoh yang mencela umat Muslim karena perubahan kiblat yang mereka pandang sebagai makna kontradiksi, perbedaan, dan perubahan dalam hukum-hukum agama. Bahkan mereka melangkah lebih jauh dalam kesalahpahaman tersebut hingga menyimpulkan kewajiban-kewajiban yang sebenarnya tidak diperlukan.
ولذا توهم بعض معاشر المؤمنين بطلان الصلاة السابقة فبين الله تعالى الوسطية في ذلك وهو أن الأمر كله لله فمن أمركم بالاتجاه إلى بيت المقدس هو من أمركم بتحويلها وأن الأعمال الماضية باقية على أصلها وأن نسخ الأحكام هو نوع من الترقي في التشريع وليس هو من التناقض في شيء.
Oleh karena itu, beberapa kelompok umat Muslim menganggap shalat sebelumnya batal. Namun, Allah Ta'ala menunjukkan al-wasathiyah dalam hal ini bahwa segalanya ada di bawah kekuasaan Allah. Maka Dia yang memerintahkan kalian untuk menghadap ke Baitul Maqdis, Dia-lah pula yang memerintahkan kalian untuk mengubah arah kiblat. Dan amalan-amalan yang telah berlalu tetap berada pada dasarnya, dan penghapusan hukum adalah jenis kemajuan dalam syariat, bukan kontradiksi dalam hal apa pun.
فالوسطية هنا تراها بأن الله لم يغاير الحكم في القبلة التي كانوا عليها على نحو مطلق بل هي مازالت عليه من حيث التقديس و الإجلال بل والرحلة إليها وغير ذلك ، وإنما هو معنى خاص في قبلة الصلاة واتجاه المصلي فحسب.
Maka al-wasathiyah di sini adalah : bahwa Allah tidak mengubah hukum mengenai kiblat yang sebelumnya ada secara mutlak, melainkan masih tetap dihormati dan diagungkan dalam konteksnya, termasuk dalam perjalanan ke sana dan hal-hal lainnya. Namun, perubahan hanya terkait dengan makna khusus dalam kiblat shalat dan arah bagi orang yang sedang melakukan shalat.
📍وأما مقام نصرة الحق فهو مقام الشهادة على الناس بنصرة الأنبياء في الموقف كما هو في حديث صدر الكلام .
Dan adapun konteks mendukung atau menolong kebenaran adalah dalam konteks berperan menjadi saksi bagi manusia dalam menolong para nabi dalam situasi yang mereka hadapi, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang menyampaikan makna tersebut.
والوسطية في المقام هي أن شهادة الأمة على الأمم السالفة إنما هو على وجه التبع فهي تصديق للأنبياء وعمل بمقتضى القرآن وهذا هو مقامها العدل الوسط فليست هي من جنس شهادة الأنبياء عليهم الصلاة والسلام ولذا احتاجت إلى شهادة الأنبياء أولا وآخرا ولذا قال تعالى : (ويكون الرسول عليكم شهيدا).
Dan al-wasathiyah dalam hal ini adalah bahwa kesaksian umat ini terhadap umat-umat sebelumnya hanya dalam hal mengikuti, yakni membenarkan para nabi dan beramal sesuai dengan Al-Quran. Inilah konteks keadilan yang seimbang (pertengahan), dan bukan yang dimaksuddi sini adalah jenis kesaksian para nabi. Maka, kesaksian umat membutuhkan kesaksian para nabi, baik di awal maupun di akhir. Oleh karena itu, Allah berfirman: 'Dan Rasul menjadi saksi atas kamu.'
والخلاصة من هذه المقدمة هي : 📌أن الحق في طبعه وسط عدل خيار ..
Kesimpulan dari pengantar ini adalah: Bahwa kebenaran pada hakikatnya adalah pilihan yang wasath (pertengahan) dan adil.
فإذا كان الباطل إفراطا فلا يجوز أن يوضع الحق في مقام التفريط بدعوى مضادة الباطل والعكس بالعكس ..
Jika kebatilan itu dalam bentuk ifrath (melampaui), maka tidak boleh menempatkan kebenaran dalam posisi tafrith (meremehkan) sebagai reaksi terhadap kebatilan tersebut, dan sebaliknya.
بل إن الحق مهما ضاد الباطل فإنه وسط عدل فلا يلزم من مضادة الباطل أن يخالفه في كل وجوهه والتي قد يكون بعضها حقا .
Sebaliknya, kebenaran, bagaimanapun berbedanya dengan kebatilan, tetaplah sebagai titik tengah (wasath) yang adil. Oleh karena itu, tidaklah diperlukan bagi kebenaran untuk secara bertentangan dengan kebatilan dalam setiap aspeknya, karena ada kemungkinan bahwa beberapa aspek dari kebatilan itu sendiri bisa benar.
فإن الباطل على مراتب عدة ولذا تغايرت أوصافه الشرعية تبعا لماهيته فمن مبتدئ الخطأ إلى منتهى الكفر أوصاف كثيرة ولكن على وجه الإجمال والتقريب يجمعها ثلاثة مراتب :
Berdasarkan sifatnya, kesalahan atau kebatilan memiliki beberapa tingkatan sehingga ciri-cirinya dalam hukum syariat pun berbeda-beda. Mulai dari kesalahan awal yang ringan hingga kekufuran yang paling berat, terdapat banyak ciri-ciri kesalahan. Namun, secara umum dan lebih mendekatkan pemahaman, terdapat tiga tingkatan yang dapat digunakan untuk merangkum ciri-ciri kesalahan :
📍الأول الباطل المستحكم وهو مالا حق فيه كالشرك والظلم .
Pertama, ada kebatilan yang mutlak, yaitu yang tidak memiliki dasar kebenaran sama sekali, seperti penyembahan berhala dan perlakuan yang zalim.
📍الثاني الباطل المستغرق وهو ما يغلب الباطل فيه كالإثم في المسكر .
Kedua, ada kebatilan yang mendominasi, yaitu kebatilan yang cenderung lebih kuat daripada kebenaran, seperti dosa yang dilakukan dalam keadaan mabuk.
📍الثالث الباطل المستخفي وهو الكثير من الحق يستخفي فيها باطل حد الاشتباه وهي المشتبهات.
Ketiga, ada kebatilan yang tersembunyi, yaitu kebatilan yang tersembunyi di balik banyak kebenaran, dan sering kali sulit untuk dibedakan dengan baik, seperti perkara-perkara yang meragukan (al-musytabihat).
📌وعلى الحق أن يضاد كل هذه الأنواع بحسب مقام الباطل فيها وأن يجانب مضادة الحق الذي في النوعين الآخرين مهما قل أو كثر ومن لم يكن مميزا لمثل هذا فلم يكلفه الله تعالى الخوض في ذلك.
Kebenaran, sesuai dengan tingkat kebatilan yang ada dalam setiap jenisnya, harus melawan semua jenis kebatilan ini dan harus menghindari membalas kebenaran yang ada dalam jenis-jenis lainnya, tidak peduli seberapa sedikit atau seberapa banyaknya. Dan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian khusus dalam hal semacam ini, Allah ta'ala tidak membebankan mereka untuk terlibat dalam hal tersebut.
فالقيام بالحق في وجه الباطل هو معنى زائد على مجرد العمل بالحق ، ولذا كان الناس بين عالم وجاهل وبين سائل ومسؤول وبين نافر للطلب وقاعد للسؤال ويجب على هؤلاء جميعا أن يسلموا لله تعالى بأن يعملوا بالحق وأما القيام به في وجه الباطل فهو معنا زائد معلق بالقدرة عليه ، له أصحابه
Melakukan kebenaran dalam menghadapi kebatilan memiliki makna yang lebih dari sekadar mengamalkan kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, manusia berada di antara orang yang berpengetahuan dan orang yang tidak tahu, antara orang yang bertanya dan orang yang ditanya, antara orang yang mencari dan orang yang menunggu pertanyaan. Semua orang ini harus menyerahkan diri kepada Allah untuk mengamalkan kebenaran, namun melakukan kebenaran dalam menghadapi kebatilan adalah makna tambahan yang tergantung pada kemampuan individu.
ولذا لا يلزم في كل من كان محققا لاعتقاد أهل الحق أهل السنة والجماعة أنه محقق لمناهج أهل البدع ومعتقداتهم الباطلة المتنوعة بل هي مقامات متفاوتة ، ولكن القيام في وجه أهل البدع وبيان عوارهم وتحقيق أخطائهم لازم ولابد لمعرفة الحق والصواب والهدى في كل ذلك.
Oleh karena itu, tidaklah diperlukan bagi setiap orang yang memahami i'tiqad Ahlus Sunnah wal Jama'ah untuk memahami metodologi ahlul bid'ah dan i'tiqad mereka yang salah yang beragam. Sebaliknya, tingkat penyelesaian masalah tersebut berbeda-beda. Namun, menghadapi ahlul bid'ah, mengungkapkan kesalahan mereka, dan memahami kekeliruan mereka adalah penting untuk mengetahui kebenaran, petunjuk, dan jalan yang benar dalam semua itu.
ومن تكلم فيما لا يحسن اتهم فيما يحسن ، ومن تكلم بغير علم أتى بالعجائب.
Siapa yang mengkritik sesuatu yang buruk, akan dicurigai tentang hal yang baik, dan siapa yang berbicara tanpa pengetahuan akan menimbulkan kejutan atau seseuatu yang tidak diharapkan.
ومن هنا كانت الوسطية في هذا المقام أنسب الألفاظ للتعبي عن العدل والله أعلم .
Kesimpulannya, pemilihan al-wasatiyah dalam konteks ini adalah kata yang paling cocok untuk menyampaikan keadilan. Dan Allah lebih mengetahui.
__________
🌏 Alih Bahasa : الهيئة العلمية المختصة للترجمة